TUGAS MAKALAH
JARINGAN
KOMPUTER DASAR
SUBNETING
NOVA INDAH LESTARI’E
1329040033
PTIK 01
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai Subnetting.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak serta merujuk pada literatur
internet, tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Makassar, 18 April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR
ISI .................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
BAB III PEMBAHASAN
.............................................................................. 3
A. Konsep Subnetting .............................................................................. 4
B. Alasan dan Tujuan Subnetting ............................................................ 7
C. Subnet Mask ........................................................................................ 8
D. Classless Inter-Domain Routing (CIDR) ............................................ 12
E. Variable Length Subnet Mask (VLSM) .............................................. 13
F. Subnetting Pada IP Address ............................................................... 18
BAB III
PENUTUP ........................................................................................ 23
A. Kesimpulan .......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan
komputer, printer, dan peralatan lainnya yang terhubung. Informasi dan data
bergerak melalui kabel-kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer
dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan
bersama sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Tiap
komputer, printer atau periferal yang terhubung dengan.
Perangkat keras yang dibutuhkan untuk membangun
sebuah jaringan komputer, yaitu : Komputer, Card Network, Hub, dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan koneksi jaringan seperti: Printer, CDROM,
Scanner, Bridges, Router dan lainnya yang dibutuhkan untuk process transformasi
data didalam jaringan.
Subnetting merupakan teknik memecah network
menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host
ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru. Subnetting bertujuan untuk
mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa
memaksimalkan penggunaan IP Address. Selain itu subnetting juga berfungsi untuk
mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu
network, karena Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan
media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang
unik. Subnetting juga dapat meningkatkan security dan mengurangi terjadinya
kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Pembagian nomor untuk internet atau biasa
disebut dalam dunia networking adalah IP Address sudah sangat menipis atau
sudah hampir habis. Satu IP Address perlu sekali berhubungan dengan IP address
lainnya yang berbeda class atau subnet, maka diperlukanlah suatu proses system
untuk menghubungkan IP Address itu, yaitu routing. Routing akan membuat sebuah
rantai jaringan saling terhubung dan bias berkomunikasi dengan baik, dan
informasi yang tersedia di satu IP Address akan didapatkan di IP address yang
lainnya.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, saya membuat beberapa rumusan masalah yang akan
terdeskripsikan dalam makalah ini, yakni:
1.
Apa yang dimaksud subnetting
dan bagaimana konsepnya.
2.
Bagaimana menghitung
subnetting.
PEMBAHASAN
Jumlah IP Address Versi 4 sangat terbatas, apalagi jika harus
memberikan alamat semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu dilakukan
efisiensi dalam penggunaan IP Address tersebut supaya dapat mengalamati
semaksimal mungkin host yang ada dalam satu jaringan.
Konsep subnetting dari IP Address merupakan teknik yang umum
digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah
jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address. Subnetting merupakan
proses memecah satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host
yang lebih sedikit, dan untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet,
digunakan subnet mask.
Seperti yang telah dijelaskan pada tugas sebelumnya, bahwa selain
menggunakan metode classfull untuk pembagian IP address, kita juga dapat
menggunakan metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas), menggunakan
notasi penulisan singkat dengan prefix. Metode ini merupakan metode
pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, muncul karena ada ke-khawatiran persediaan IPv4
berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan, sehingga diciptakan metode lain untuk
memperbanyak persediaan IP address.
Esensi dari subnetting adalah “memindahkan” garis pemisah antara
bagian network dan bagian host dari suatu IP Address. Beberapa bit dari bagian
hostID dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian networkID. Address satu
network menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini
menciptakan sejumlah network tambahan dengan mengurangi jumlah maksimum host
yang ada dalam tiap network tersebut.
Tujuan lain dari subnetting yang tidak kalah pentingnya adalah
untuk mengurangi tingkat kongesti (gangguan/ tabrakan) lalulintas data dalam
suatu network.
A. Konsep Subnetting
Subnetting merupakan proses memecah satu kelas
IP Address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit, dan
untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet, digunakan subnet mask. Subnetting
adalah sebuah teknik yang mengizinkan para administrator jaringan untuk
memanfaatkan 32 bit IP address yang tersedia dengan lebih efisien. Teknik
subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak dibatas oleh kelas-kelas
IP (IP Classes) A, B, dan C yang sudah diatur. Dengan subnetting, kita bisa
membuat network dengan batasan host yang lebih realistis sesuai kebutuhan.
Subnetting menyediakan cara yang lebih
fleksibel untuk menentukan bagian mana dari sebuah 32 bit IP adddress yang
mewakili netword ID dan bagian mana yang mewakili host ID. Dengan kelas-kelas
IP address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang tersedia; 8 bit untuk
kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting mengizinkan
anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk digunakan sebagai network
ID.
Untuk lebih memahami subnetting itu apa dan
kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah
jalan. Jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08,
dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan
informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.
Gambar 2.1
Analogi Subnetting 1
Ketika rumah di wilayah itu makin banyak, tentu
kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian
diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi
nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga
ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta
setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola
wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:
Gambar 2.2
Analogi Subnetting 2
Konsep seperti inilah sebenarnya konsep subnetting
itu. Disatu sisi ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor
ingin membagi kerja menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki
15 komputer (host). Disisi lain juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja
jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi
terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl Gatot Subroto
dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti Network Address (nama jalan) dan Host Address (nomer rumah). Sedangkan
Ketua RT diperankan oleh Broadcast
Address (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host
yang ada di network tersebut.
Gambar 2.3
Analogi Subnetting 3
Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke
subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah Subnet, masing-masing subnet memiliki Host Address dan Broadcast Address.
Gambar 2.4
Analogi Subnetting 4
Terus apa itu Subnet Mask?
Subnet mask digunakan untuk membaca bagaimana
kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address
mana saja yang berfungsi sebagai Subnet, mana yang Host dan mana yang
Broadcast. Semua itu bisa kita ketahui dari Subnet Mask-nya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami
sebagai menggunakan Subnet Mask Default, atau dengan kata lain bisa disebut
juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang). Subnet Mask Default ini untuk masing-masing Class IP Address adalah
sbb:
CLASS
|
OKTET PERTAMA
|
SUBNET MAS DEFAULT
|
PRIVATE ADDRESS
|
A
|
1-127
|
255.0.0.0
|
10.0.0.0-10.255.255.255
|
B
|
128-191
|
255.255.0.0
|
172.16.0.0-172.31.255.255
|
C
|
192-223
|
255.255.255.0
|
192.168.0.0-192.168.255.255
|
Tabel 2.1 Kelas IP dan Subnet Mask
Default
B. Alasan dan Tujuan Subnetting
Alasan-alasan utama melakukan subnetting:
1.
Mengalokasikan IP address
yang terbatas supaya lebih efisien. Jika internet terbatas oleh alamat-alamat
di kelas A, B, dan C, tiap network akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta IP
address untuk host devicenya. Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah
host lebih dari 254, namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada)
yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki
lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan
menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address.
2.
Walaupun sebuah organisasi
memiliki ribuan host device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam
network ID yang sama akan memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur
agar semua komputer dengan network ID yang sama harus berada di physical
network yang sama. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, yang
berarti sebuah medium network harus membawa semua traffic untuk network. Karena
alasan kinerja, network biasanya disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang
lebih kecil – bahkan lebih kecil – dari Class C address.
3.
Subnetting berfungsi untuk
menyembunyikan detail dari internal network suatu organisasi ke router
eksternal. Selain itu, subnetting juga mempermudah manajemen jaringan dan
menambah efisiensi dari jaringan tersebut. Dengan subnetting kita dapat
membatasi jumlah maksimal host yang dapat dialokasikan pada suatu subnet.
Dengan subnetting kita dapat memeriksa kesalahan jaringan dengan cepat karena
kesalahan tersebut sudah teralokasi.
Dengan demikian, tujuan penggunaan subnetting adalah:
1.
Menghemat penggunaan IP
Public.
2.
Mengurangi tingkat kongesti
(kemacetan) komunikasi data didalam Jaringan.
3.
Mengatasi perbedaan hardware
dan media fisik yang digunakan dalam suatu network.
4.
Memecah Broadcast Domain.
C. Subnet Mask
1.
Pengertian Subnet Mask
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris
yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network
ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan
lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut
juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan
untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat
IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
a.
Semua bit yang ditujukan agar
digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
b.
Semua bit yang ditujukan agar
digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP
membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan
satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai
network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang
digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di
dalam setiap node TCP/IP.
2.
Representasi Subnet Mask
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet
mask, yakni:
a.
Notasi Desimal Bertitik
Sebuah subnet
mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted
decimal notation), seperti halnya alamat
IP.
Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host
identifier, hasil nilai 32-bit
tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa
meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat
IP.
Subnet mask
default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat
IP
dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa
subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan
menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
<alamat IP
www.xxx.yyy.zzz>, <subnet
mask www.xxx.yyy.zzz>
Kelas alamat
|
||
Kelas A
|
11111111.00000000.00000000.00000000
|
255.0.0.0
|
Kelas B
|
11111111.11111111.00000000.00000000
|
255.255.0.0
|
Kelas C
|
11111111.11111111.11111111.00000000
|
255.255.255.0
|
Tabel
2.2 Subnet
Mask Default dengan Notasi Bertitik
Perlu diingat, bahwa nilai subnet
mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat
melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai
contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B
yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit.
Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan
untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet
yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan
untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah
di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan
ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0
b.
Notasi Panjang Prefiks
Jaringan
Karena bit-bit network identifier harus selalu
dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka
ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask
dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah
network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di
dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan
notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC
1519. Formatnya adalah
sebagai berikut:
/<jumlah bit yang digunakan sebagai network
identifier>
Kelas alamat
|
Prefix Length
|
||
Kelas A
|
11111111.00000000.00000000.00000000
|
255.0.0.0
|
/8
|
Kelas B
|
11111111.11111111.00000000.00000000
|
255.255.0.0
|
/16
|
Kelas C
|
11111111.11111111.11111111.00000000
|
255.255.255.0
|
/24
|
Tabel 2.3 Notasi CIDR pada Subnet Mask Default
c.
Menentukan alamat Network
Identifier
Untuk menentukan
network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask
tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu
dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di
dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan
bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false
jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit,
nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai
0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan
melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat
IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise
logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet
mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010
(131.107.164.026)
Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000
(255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------
Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000
(131.107.160.000)
D. Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
Diperkenalkan oleh lembaga IETF pada tahun
1992, merupakan konsep baru untuk mengembangkan Supernetting dengan Classless
Inter-Domain Routing. CIDR menghindari cara pemberian IP Address tradisional
menggunakan klas A, B dan C. CIDR menggunakan “network prefix” dengan panjang
tertentu. Prefix-length menentukan jumlah “bit sebelah kiri” yang akan
dipergunakan sebagai network ID.
Jika suatu IP Address memiliki 16 bit sebagai
network ID, maka IP address tersebut akan diberikan prefix-length 16 bit yang
umumnya ditulis sebagai /16 dibelakang IP Address, contoh: 202.152.0.1/18. Oleh
karena tidak mengenal kelas, CIDR dapat mengalokasikan kelompok IP address
dengan lebih efektif.
Seperti contoh, jika satu blok IP address
(202.91.8/26) dialokasikan untuk sejumlah host (komputer) yang akan dibagi
dalam beberapa jaringan (subnet), maka setiap bagian (segmen/subnet) akan
menerima porsi IP address yang sama satu sama lain.
Subnet 1 = 62 host – network address = 202.91.8.0/26
Subnet 2 = 62 host – network address = 202.91.8.64/26
Subnet 3 = 62 host – network address = 202.91.8.128/26
Subnet 4 = 62 host – network address = 202.91.8.192/26
Subnet Mask = 255.255.255.192
Bila salah satu subnet masih ingin memecah
jaringannya menjadi beberapa bagian, misal subnet 4 masih akan dibagi menjadi 2
jaringan (subnet), maka 62 IP yang sebelumnya akan dialokasikan buat host
subnet 4 akan dipecah menjadi 2 subnet lagi dengan jumlah host yang sama.
Subnet 4 = 30 host – network address = 202.91.8.192/27
Subnet 5 = 30 host – network address = 202.91.8.224/27
Subnet Mask = 255.255.255.224
Sisa host masing-masing subnet yang baru hanya
30 host, dikarenakan 1 IP sebagai identitas alamat Network dan 1 IP lainya
(yang terakhir) digunakan sebagai IP broadcast subnet tersebut.
E. Variable Length Subnet Mask (VLSM)
Jika pada pengalokasian IP address classfull,
suatu network ID hanya memiliki satu subnetmask, maka VLSM menggunakan metode
yang berbeda, yakni dengan memberikan suatu network address lebih dari satu
subnetmask.
Perhatikan contoh berikut:
Satu blok IP address (169.254.0.0/20) dibagi menjadi 16.
Subnet 1 = 4094 host – Net address = 169.254.0.0/20
Subnet 2 = 4094 host – Net address = 169.254.16.0/20
Subnet 3 = 4094 host – Net address = 169.254.32.0/20
Subnet 4 = 4094 host – Net address = 169.254.64.0/20
…
Subnet 16= 4094 host – Net address = 169.254.240.0/20
Subnet Mask = 255.255.240.0
Berikutnya Subnet 2 akan dipecah menjadi 16 subnet lagi yang lebih
kecil.
Subnet 2.1 = 254 host – Net address = 169.254.16.0/24
Subnet 2.2 = 254 host – Net address = 169.254.17.0/24
Subnet 2.3 = 254 host – Net address = 169.254.18.0/24
…
Subnet 2.16 = 254 host – Net address = 169.254.31.0/24
Subnet Mask = 255.255.255.0
Bila subnet 2.1 akan dipecah lagi menjadi beberapa subnet, misal 4
subnet, maka:
Subnet 2.1.1 = 62 host – Net address = 169.254.16.0/26
Subnet2.1.2= 62 host – Net address = 169.254.16.64/26
Subnet2.1.3= 62 host – Net address = 169.254.16.128/26
Subnet2.1.4= 62 host – Net address = 169.254.16.192/26
Subnet Mask = 255.255.255.192
Akan terlihatkan kalau pada Subnet 2 (Net
address 169.254.16.0) dapat memecah jaringannya menjadi beberapa subnet lagi
dengan mengganti Subnetmask-nya menjadi: 255.255.240.0, 255.255.255.0 dan 255.255.255.192.
Jika anda perhatikan, CIDR dan metode VLSM
mirip satu sama lain, yaitu blok network address dapat dibagi lebih lanjut
menjadi sejumlah blok IP address yang lebih kecil.
Perbedaannya adalah CIDR merupakan sebuah
konsep untuk pembagian blok IP Public yang telah didistribusikan dari IANA,
sedangkan VLSM merupakan implementasi pengalokasian blok IP yang dilakukan oleh
pemilik network (network administrator) dari blok IP yang telah diberikan
padanya (sifatnya local dan tidak dikenal di internet).
Satu network secara logika adalah host-host
yang tersambung pada suatu jaringan fisik. Misalkan pada suatu LAN dengan
topologi bus, maka anggota suatu network secara logika haruslah host yang
tersambung pada bentangan kabel tersebut. Jika menggunakan hub untuk topologi
star, maka keseluruhan network adalah semua host yang terhubung dalam hub yang
sama. Bayangkan jika network kelas B hanya dijadikan satu network secara
logika, maka seluruh host yang jumlahnya dapat mencapai puluhan ribu itu akan
“berbicara” pada media yang sama.
Jika kita perhatikan ilustrasi pada gambar
berikut, hal ini sama dengan ratusan orang berada pada suatu ruangan. Jika ada
banyak orang yang berbicara pada saat bersamaan, maka pendengaran kita terhadap
seorang pembicara akan terganggu oleh pembicara lainnya. Akibatnya, kita bisa
salah menangkap isi pembicaraan, atau bahkan sama sekali tidak bisa
mendengarnya. Artinya tingkat kongesti dalam jaringan yang besar akan sangat
tinggi, karena probabilitas “tabrakan” pembicaraan bertambah tinggi jika jumlah
yang berbicara bertambah banyak.
Gambar 2.5 Satu Physical Network dengan host
yang banyak
Untuk menghindari terjadinya kongesti akibat
terlalu banyak host dalam suatu physical network, dilakukan segmentasi
jaringan.
Misalkan suatu perusahaan yang terdiri dari 4
departemen ingin memiliki LAN yang dapat mengintegrasikan seluruh departemen.
Masing-masing departemen memiliki server sendiri-sendiri (bisa Novell Server,
Windows Server, Linux atau UNIX). Cara yang sederhana adalah membuat topologi
network perusahaan tersebut seperti ditampilkan pada gambar berikut.
Gambar 2.6 Subnetting Secara Fisik
Kita membuat 5 buah physical network (sekaligus
logical network), yakni 4 buah pada masing-masing departemen, dan satu buah
lagi sebagai jaringan backbone antar departemen. Dengan kata lain, kita membuat
beberapa subnetwork (melakukan subnetting). Keseluruhan komputer tetap dapat
saling berhubungan karena server juga berfungsi sebagai router. Pada server
terdapat dua network interface, masing-masing tersambung ke jaringan backbone
dan jaringan departemennya sendiri.
Setelah membuat subnet secara fisik, kita juga
harus membuat subnet logic. Masing-masing subnet fisik setiap departemen harus
mendapat subnet logic (IP Address) yang berbeda, yang merupakan bagian dari
network address perusahaan. Dengan mengetahui dan menetapkan subnetmask, kita
dapat memperkirakan jumlah host maksimal masing-masing subnet pada jaringan
tersebut.
Berikut ini daftar subnetting yang bisa dihapal
dan diterapkan untuk membuat subnet.
Bit Host
Masked
|
CIDR
|
Subnet
|
Net Mask
|
Host per Network
|
0
|
/8
|
1
network
|
255.0.0.0
|
16777214
|
1
|
/9
|
2
|
255.128.0.0
|
8388606
|
2
|
/10
|
4
|
255.192.0.0
|
4194302
|
3
|
/11
|
8
|
255.224.0.0
|
2097150
|
4
|
/12
|
16
|
255.240.0.0
|
1048574
|
5
|
/13
|
32
|
255.248.0.0
|
524286
|
6
|
/14
|
64
|
255.252.0.0
|
262142
|
7
|
/15
|
128
|
255.254.0.0
|
131070
|
8
|
/16
|
256
|
255.255.0.0
|
65534
|
9
|
/17
|
512
|
255.255.128.0
|
32766
|
10
|
/18
|
1024
|
255.255.192.0
|
16382
|
11
|
/19
|
2048
|
255.255.224.0
|
8910
|
12
|
/20
|
4096
|
255.255.240.0
|
4094
|
13
|
/21
|
8912
|
255.255.248.0
|
2046
|
14
|
/22
|
16384
|
255.255.252.0
|
1022
|
15
|
/23
|
32768
|
255.255.254.0
|
510
|
16
|
/24
|
65536
|
255.255.255.0
|
254
|
17
|
/25
|
131072
|
255.255.255.128
|
126
|
18
|
/26
|
262144
|
255.255.255.192
|
62
|
19
|
/27
|
524288
|
255.255.255.224
|
30
|
20
|
/28
|
1048576
|
225.255.255.240
|
14
|
21
|
/29
|
2097152
|
255.255.255.248
|
6
|
22
|
/30
|
4194304
|
255.255.255.252
|
2
host
|
23
|
/31
|
invalid
|
255.255.255.254
|
Invalid
|
Tabel 2.4 Subnetting
Disamping menghafal tabel-tabel iatas, dapat juga
mempelajari cara menghitung dengan mempergunakan rumus
Jumlah Host per Network = 2 n - 2
Dimana n adalah jumlah bit tersisa yang belum
diselubungi, misal Network Prefix /10, maka bit tersisa (n) adalah 32 –10 = 22
2 22 – 2 = 4194302
Sedangkan untuk mencari : Jumlah Subnet = 2 N
Dimana N adalah jumlah bit yang dipergunakan
(diselubungi) atau N = Network Prefix – 8
Seperti contoh, bila network prefix /10, maka N = 10
– 8 = 2 Ă 2 2 = 4
Untuk menyusun tabel diatas, sebenarnya tidak
terlalu sulit, anda bisa lebih detail memperhatikan bahwa, nilai jumlah host
per network ternyata tersusun terbalik dengan jumlah subnet, Host/network dapat
dengan gampang anda susun dengan rumus lain, seperti: X x 2 + 2 = Xn
X =
jumlah host sebelumnya, dan
Xn = jumlah host
Perhatikan: 2 x 2 + 2 = 6, 6
x 2 + 2 = 14, 14 x 2 + 2 = 30 dst.
Subnet: 1 x 2 = 2, 2 x 2 =
4, 4 x 2 = 8, 8 x 2 = 16, dst.
F. Subnetting Pada IP Address
1.
Subnetting Pada IP Address
Class C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa
yang terjadi dengan sebuah Network Address 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti
11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua
pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah
host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita
selesaikan dengan urutan seperti itu:
a.
Jumlah Subnet = 2x, dimana x
adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir
untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22
= 4 subnet
b.
Jumlah Host per Subnet = 2y –
2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet
terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
c.
Blok Subnet = 256 – 192
(nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 =
128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
d.
Bagaimana dengan alamat host
dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host
pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum
subnet berikutnya.
Subnet
|
192.168.1.0
|
192.168.1.64
|
192.168.1.128
|
192.168.1.192
|
Host Pertama
|
192.168.1.1
|
192.168.1.65
|
192.168.1.129
|
192.168.1.193
|
Host Terakhir
|
192.168.1.62
|
192.168.1.126
|
192.168.1.190
|
192.168.1.254
|
Broadcast
|
192.168.1.63
|
192.168.1.127
|
192.168.1.191
|
192.168.1.255
|
Tabel 2.5 Contoh Tabel Subnet Kelas C
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita
bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik
yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah
seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk
subnetmask lainnya.
Subnet Mask
|
Nilai CIDR
|
255.255.255.128
|
/25
|
255.255.255.192
|
/26
|
255.255.255.224
|
/27
|
255.255.255.240
|
/28
|
255.255.255.248
|
/29
|
255.255.255.252
|
/30
|
Tabel 2.6 Subnet Mask dan CIDR Kelas C
2.
Subnetting Pada IP Address
Class B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address
class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B
adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan
kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan”
berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan
subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet
ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR
/25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi
setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask
|
Nilai CIDR
|
Subnet Mask
|
Nilai CIDR
|
255.255.128.0
|
/17
|
255.255.255.0
|
/24
|
255.255.192.0
|
/18
|
255.255.255.128
|
/25
|
255.255.224.0
|
/19
|
255.255.255.192
|
/26
|
255.255.240.0
|
/20
|
255.255.255.224
|
/27
|
255.255.248.0
|
/21
|
255.255.255.240
|
/28
|
255.255.252.0
|
/22
|
255.255.255.248
|
/29
|
255.255.254.0
|
/23
|
255.255.255.252
|
/30
|
Tabel 2.7 Subnet Mask dan CIDR Kelas B
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B.
Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh
network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti
11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
a.
Jumlah Subnet = 2x, dimana x
adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 =
4 subnet
b.
Jumlah Host per Subnet = 2y -
2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2
oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382 host
c.
Blok Subnet = 256 - 192 = 64.
Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya
adalah 0, 64, 128, 192.
d.
Alamat host dan broadcast
yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.64.0
|
172.16.128.0
|
172.16.192.0
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.64.1
|
172.16.128.1
|
172.16.192.1
|
Host Terakhir
|
172.16.63.254
|
172.16.127.254
|
172.16.191.254
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.63.255
|
172.16.127.255
|
172.16.191.255
|
172.16..255.255
|
Tabel 2.8 Contoh Tabel Subnet Kelas B
3.
Subnetting Pada IP Address
Class A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya
semua sama saja. Perbedaannya adalah di Oktet mana kita mainkan blok subnet.
Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet
terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian
subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet
mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti
11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
a.
Kalau sudah mantab dan paham,
kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di Oktet
mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B
di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet
terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A
adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
b.
Kita coba latihan untuk
network address 10.0.0.0/16.
c.
Analisa: 10.0.0.0 berarti
kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000
(255.255.0.0).
Subnet
|
10.0.0.0
|
10.1.0.0
|
…
|
10.254.0.0
|
10.255.0.0
|
Host Pertama
|
10.0.0.1
|
10.1.0.1
|
…
|
10.254.0.1
|
10.255.0.1
|
Host Terakhir
|
10.0.255.254
|
10.1.255.254
|
…
|
10.254.255.254
|
10.255.255.254
|
Broadcast
|
10.0.255.255
|
10.1.255.255
|
…
|
10.254.255.255
|
10.255.255.255
|
Tabel 2.9 Contoh Tabel Subnet Kelas A
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep subnetting dari IP Address versi 4
merupakan teknik yang umum digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi
IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP
Address. Subnetting merupakan proses memecah satu kelas IP Address menjadi
beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit, dan untuk menentukan batas
network ID dalam suatu subnet, digunakan subnet mask. CIDR merupakan konsep
baru untuk mengembangkan Supernetting dengan metode Classless Inter-Domain
Routing. CIDR menghindari cara pemberian IP Address tradisional menggunakan
klas A, B dan C. CIDR menggunakan “network prefix” dengan panjang tertentu.
B. Saran
Untuk subnetting, ada dua metode yang bisa
digunakan untuk mempermudah perhitungannya. Pertama kita wajib memahami konsep
subneting itu sendiri. Kedua baru kita masuk ke perhitungan subneting.
Kepada pembaca makalah ini kami harapkan
kritikkan dan saran, guna untuk meningkatkan kualitas makalah serupa
kedepannya.Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca makalah
ini, semoga kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi. Kita anak bangsa
mulailah belajar dari hal kecil agar tidak gagap teknologi. Sekian terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Fauzy., 2013., Pengertian dan Fungsi
Subnet.
http://fauzyibrahim.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-fungsi-dari-subnet-mask.html.
Diakses tanggal 18 April 2014.
Maju, Petrus., 2008., Konsep Subnetting dan
Latihan.
http://petrusmaju.files.wordpress.com/2008/08/konsep-subnetting-dan-latihan.doc.
Diakses tanggal 7 Maret 2014
Marwan, Moch. Ravii., 2013., Subnet dan Konsep
Routing. http://ravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35396/SUBNET+DAN+KONSEP+ROUTING.docx.
Diakses tanggal 6 Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar